Antisipasi Penyakit Kerbau Ngorok, Diskanak OKU Timur Bagikan Multivitamin dan Desinfektan

oleh
Untung Sutoyo SST, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Diskanak Kabupaten OKU Timur. Foto: Indra/idsumsel.

Meski telah melakukan pencegahan, tapi sampai saat ini belum ada laporan masyarakat terkait kasus penyakit kerbau ngorok.

“Walaupun belum ada tapi kita wajib waspada, dengan terus melakukan upaya-upaya pencegahan,” ujarnya.

Untung menjelaskan, penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau sering dìsebut penyakit ngorok merupakan penyakit hewan menular.

Penyakit itu, dìsebabkan bakteri Pasteurella multocida tipe tertentu yang terutama menyerang kerbau, sapi, babi.

Terkadang juga dapat menyerang domba, kambing dan kuda. Kemudian, gejala klinis penyakit ngorok atau SE adalah demam tinggi.

Selain itu, hewan tidak mau makan, pembengkakan dì submandibular bawah dada.

“Kemudian, kaki atau pangkal ekor, keluarnya cairan berlebihan dari hidung (timbul suara Ngorok ), dan diare,” paparnya.

Ia menuturkan, untuk cara pengendalian penyakit ngorok adalah vaksinasi pada ternak yang telah berumur lebih dari 4 bulan.

Serta memberikan bahan pakan ternak dengan kualitas yang baik dan manajemen ternak yang baik.

Kemudian, upaya pemberantasan penyakit ngorok jika sudah ada yang terjangkit. Pertama penutupan daerah wabah, pemberantasan lalu lintas hewan dan pengisolasian.

“Serta penanganan hewan sakit, pemusnahan bangkai dan vaksinasi,” pungkasnya. (gas).

No More Posts Available.

No more pages to load.