“Target kami produksi padi OKU Timur tahun ini mencapai 1 juta ton GKP dan GKG. Kita masih optimis, meskipun saat ini kemarau,” bebernya.
Guna mewaspadai dampak iklim elnino, para petani yang melakukan tanam dì bulan Oktober akan dìfasilitasi berbagai peralatan, seperti pompa air dan lainnya.
Selain itu, ada beberapa titik juga sudah dìbuatkan sumur bor dan program listrik masuk sawah. Sehingga sawah petani tidak kekeringan.
Kemudian, pìhaknya juga menyiapkan bantuan benih hingga pupuk. Baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten.
“Untuk langkah dampak elnino, sejak jauh hari kita telah menyiapkan beberapa opsi. Salah melakukan pembuatan sumur bor dan peralatan mesin pompa,” tegasnya.
Terkait tingginya harga gabah dan beras saat ini, menurut Junadi hal ini karena faktor iklim ekstrem atau elnino. Tetapi kenaikan harga ini terjadi dì seluruh Indonesia.
Namun agar harga tidak terus mengalami kenaikan, pihaknya akan melakukan operasi pasar bekerjasama dengan Bulog. Sehingga tidak hanya beras saja, namun kebutuhan pokok lainnya juga.
Dalam kesempatan itu, Junadi menyarankan ke para petani hasil produksi padi jangan sampai dìjual keluar daerah.
“Serta sebagian kalau bisa dìsimpan dan jangan langsung jual. Sehingga dapat menjaga stok ketersediaan ketahanan pangan dì OKU Timur,” pungkasnya. (gas)