INOVASI yang dìlakukan kampus STKIP Muhammadiyah OKU Timur selalu memberikan warna tersendiri bagi Pendidikan Tinggi dì Kabupaten OKU Timur ini.
Sejak terlahir dan mulai beroperasional pada 2019 yang lalu, STKIP Muhammadiyah tidak pernah berhenti memberikan gebrakan bagi dunia pendidikan tinggi.
Setelah mahasiswanya tembus ke beberapa negara untuk melakukan kegiatan students exchange (Pertukaran Pelajar).
Kini kampus STKIP memberikan kelonggaran kepada mahasiswanya agar bisa tamat lebih cepat dan tidak mewajibkan skripsi sebagai syarat lulus S1.
Kebijakan ini merupakan upaya sebagai tindak lanjut dari Permendikbud Ristekdikti Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
Dìmana, STKIP Muhammadiyah OKU Timur segera melakukan kebijakan yang sebelumnya telah dìrapatkan oleh Wakil Ketua 1 Bidang Akademik, Wakil Ketua 3 Bidang kemahasiswaan, alumni, dan Al-Islam Kemuhammadiyaan.
Kemudian juga dari Lembaga Penjamin Mutu, Lembaga Pengembangan Penelitian Pengambdian kepada Masyarakat (LP3M), dan para Kaprodi.
Respon cepat yang dìambil Kampus STKIP Muhammadiyah ini bukan tanpa alasan, sebab sejak 2013 lalu, sudah banyak kampus dìbawah naungan PTMA memberikan kebijaksanaan pada mahasiswanya.
Yakni dapat menyelesaikan studi S1 tanpa harus membuat skripsi. Artinya kebijakan tugas akhir berupa skripsi adalah kembali ke kampus masing – masing.
Ketua STKIP Muhammadiyah OKU Timur Dr H Didi Franzhardi MPd mengatakana, tidak ada kewajiban skripsi menjadi tugas akhir bagi mahasiswa.
Hal ini dìtuangkan dalam Surat Keputusan Ketua Nomor: 423/II.3.AU/F/2024 tentang Publikasi Karya Ilmiah. Serta Prestasi Mahasiswa Sebagi Pengganti Tugas Akhir/ Skripsi dì STKIP Muhammadiyah OKU Timur.
Dìdi menjelaskan, penghapusan skripsi sebagai syarat wajib lagi bagi mahasiswa tentunya tidak akan merubah kualitas dan mutu dari lulusan ini sendiri.
Namun justru mahasiswa dìtuntut akan lebih menjadi aktif dan inovatif dalam menyongsong kebijakan baru ini.
Selain itu, kampus telah menyiapakan beberapa pilihan pengganti mata kuliah skripsi ini. Karena skripsi sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini.
Apalagi dengan situasi dan kondisi kebutuhan serta tuntutan kampus yang semakin kompleks sesuai perkemangan zaman.
Dìtambah skripsi sebagai tugas akhir tentunya memakan biaya lebih besar jika dìbandingkan pilihan – pilihan yang telah dìsediakan.
“Anggapan mahasiswa adalah penyusunan skripsi juga merupakan momok yang menakutkan banyak mahasiswa, karena membutuhkan waktu sampai berbulan – bulan,” paparnya.
Belum lagi kata Dìdi, kentalnya unsur subjektivitas dan objektivitas dalam proses bimbingan, menimbulkan penilaian negative mahasiswa terhadap kampus.
Bahkan banyak juga mahasiswa yang terhambat tamatnya hanya karena proses yang tidak selesai dalam menyusun tugas akhir ini.
Permasalah ini menjadikan pimpinan Perguruan Tinggi segera merespon, mengevaluasi, dan memberikan alternatif.
Sehingga mahasiswa STKIP Muhammadiyah lebih mudah memilih pengganti tugas akhir, selain skripsi.
Berikut beberapa pilihan sebagai pengganti tugas akhir atau skripsi ini :
1. Program Students Exchange
Kampus memiliki program students exchange ke beberapa negara seperti, Taiwan, Pakistan, India, Malaysia, dan Korea.