“Sudah empat tahun suami saya lumpuh dan tidak bisa bekerja. Untuk makan saja susah, apalagi untuk berobat,” ucapnya.
Selama sakit, ia mengaku pernah mendapat bantuan sekali dari pemerintah. “Tapi setelah itu tidak ada lagi,” ungkap Suartini dengan suara penuh kesedihan.
Keluarga kecil ini terpaksa menjual dua kavling tanah pekarangan rumahnya untuk biaya pengobatan.
Hingga kini, mereka masih berjuang dengan pengobatan alternatif, akibat keterbatasan biaya.
“Bidan mau datang kalau ada uang. Kami sudah pasrah, tidak tahu lagi harus minta tolong ke mana,” tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Suartini bercerita, semenjak sang suami mengalami sakit lumpuh sering dìlakukan rawat inap dì rumah sakit.
Namun, karena kondisi ekonomi keluarga semakin terpuruk lantaran tak ada jaminan yang menopang, sehingga harus dìrawat dìrumah.
Sembari melakukan pengobatan secara alternatif. Sebab jika berobat kerumah sakit sudah tak ada biayanya.
Selain itu, keluarga lansia ini juga sesekali mendapat belas kasihan dari warga sekitar. Meski begitu, tak bisa dìharapkan lebih lanjut untuk menopang kehidupan.