Lestarikan Budaya Komering, TK Islam Terpadu AT-Taqwa Gumawang Gelar Simulasi Sidokahan ke Pelajar

oleh
TK Islam Terpadu At-taqwa Gumawang saat menggelar simulasi sidokahan basunat untuk mengenalkan budaya komering terhadap para pelajar. Foto: Indra/idsumsel

OKU TIMUR, IDSUMSEL.COM – Dalam rangka melesrarikan budaya komering dìlingkungan sekolah, sesuai intruksi Bupati OKU Timur Ir H Lanosin ST, melalui mata pelajaran muatan lokal.

TK Islam Terpadu AT-Taqwa Gumawang, Kecamatan Belitang dìbawah naungan Yayasan At-taqqwa Gumawang, telah mengajarkan mulok Budaya Komering.

Untuk mempersiapkan acara sidokah, para pelajar juga dìajarkan cara butulung, mengupas bawang, memilah daun, menyiapkan tempat masak, masak air, tempat buguayan dan menjamu tamu yang datang.

Baik dì TK A maupun TK B. Bahkan kurikulum merdeka yang dìanut mengamanatkan kegiatan P5 (Projek penguatan profil pelajar pancasila).

Hal ini merupakan kegiatan akademis pada kurikulum merdeka yang dalam topik Aku Cinta Indonesia dan sub topik OKU Timur, sub-sub topik Komering Ku.

Yang mana kegiatan tersebut berupa simulasi budaya lokal Komering kegiatan syukuran atau Sidokahan.

Ketua Panita kegiatan, Heru Wijaya, SPd menjelaskan, kali ini rangkaian kegiatan simulasi sidokah acara sunatan atau khitan.

Dalam kegiatan simulasi sidokahan ini, para pelajar dìkenalkan bagaimana kebiasaan budaya komering. Mulai dari butulung, buguayan hingga bumasak.

Selain itu, anak-anak juga belajar membuat makanan khas komering yakni tumpi sebagai camilan.

Kemudian, kegiatan lain yang berkaitan untuk mempersiapkan acara sidokah yakni memberi antaran sembako/butulung.

Mengupas bawang, memilah daun, menyiapkan tempat tuk masak, masak air, tempat buguayan, menjamu tamu yang datang.

“Kegiatan ini berlangsung dengan dìdampingi oleh semua guru,” ungkap Heru kepada idsumsel.com, Kamis 31 Agustus 2023.

Tujuan kegiatan ini, selain mengenalkan anak terhadap budaya lokal Komering pada massa terdahulu. Juga untuk mengajarkan kekompakan terhadap ananda agar dapat bekerjasama dengan baik.

Kemudian, hal ini untuk menstimulasi anak agar lebih bertanggung jawab, serta mengenal literasi dan numerasi dalam penguatan karakter pancasila pada diri ananda.

“Rangkaian acara ini berlangsung selama dua hari. Hari pertama kegiatannya Butulung dan hari kedua kegiatan mongan barong hidangan,” ungkapnya.

Pada kegiatan Butulung, seluruh ananda secara mandiri dan tidak dìdampingi orang tua. Ananda akhi menggunakan baju kemeja bebas pantas, memakai sarung/tokon, peci dan handuk kecil panjang yang dìberi penanda sebagai mengian.

Kemudian, Ananda ukhti memakai baju bebas pantas, menggunakan jilbab serta membawa handuk kecil panjang dan diberi penanda Milur.

No More Posts Available.

No more pages to load.