Dengan kondisi saat ini. Ia mengaku trauma dan bingung harus bagaimana. Dìsisi lain dìrinya tengah ada musibah.
Namun, warga lainnya juga harus dìurusi yang sama-sama musibahnya karena DBD.
“ Ini saya aja sedang menunggu cucung dìrawat di RS,” kata Yuzairin kepada jurnalis okusatu.id.
Terkait persoalan BDB dì Desa Bandar, ia meminta kepada Dìnas Kesehatan, Puskesmas dan Kecamatan agar cepat tanggap.
Serta segera mengambil langkah agar kasus DBD bisa dìtanggulangi. Sehingga tidak ada lagi korban DBD selanjutnya.
“Memang tempo hari ada pengasapan atau fogging, tapi itu belum merata, alasan mesin rusak,” bebernya.
“Begitu juga dengan pembagian abate, hanya 2-3 rumah warga yang dìberikan. Sedangkan warga lain tidak, apakah begini memang pelayanannya,” sesal Yuzairin.
Selain itu, pada beberapa waktu lalu, Yuzairin sempat meminta bantuan abate dan kelambu ke Dìnas Kesehatan dan Puskesmas.
Hal ini untuk dìbagikan kepada warga desanya, tapi sampai detik ini belum ada kabarnya.