IDSUMSEL.COM – Roti klatak sangat identik saat bulan ramadhan. Karena hampir setiap tahun, kehadiran roti klatak tak pernah absen dì meja pedagang.
Meski sangat jarang dì jual dengan kondisi sudah matang, namun roti klatak atau roti ko’ing ini sangat mudah dì temukan dalam bentuk mentah.
Sebutan roti klatak, sebenarnya hanya untuk memudahkan saat pembelian. Karena, roti ini sangat keras, jika tidak dì seduh atau dì rendam dengan air.
BACA JUGA: HAYA.CO Toko Donat Kentang Terenak di Martapura OKU Timur, Pecinta Kuliner Wajib Coba Nih !!
Sangking kerasnya roti kering itu, sehingga saat kena gigit, benturan antara gigi dan kerasnya roti, terdengar bergeretak.
Hampir mirip seperti gigi menggigit batu es. Selain itu, masyarakat ketika itu tidak tahu nama rotinya, sehingga dì sebutlah roti klatak.
Takstur Roti Klatak Alakadarnya
Bentuk maupun tekstur roti klatak sangat beda dengan roti pada umumnya, sebab tidak embut dan manis.
Meski demikian roti ini memiliki aneka bentuk yang unik, untuk menarik minat calon pembeli.
Tampilan Roti ko’ing terkesan alakadarnya. Sederhana, tanpa banyak polesan untuk mengundang ketertarikan pembeli.
Beberapa jenis roti modern, ada isian atau keragaman toping yang menghiasi kemasan.
Namun, roti ko’ing, justru kebalikannya. Tekstur keras, bentuk bulat permanan dari jaman dulu sampe dì jaman Gen Z.
Selain itu, roti ini rasanya hambar.
Tidak ada isi maupun toping. Kemasannya sangat sederhana, hanya dì kemas dalam plastik kecil biasa.
Satu kemasan biasanya berisi empat atau lima roti. Ada juga roti isi tiga.
Meski tampilan apa adanya terkesan bercanda, namun roti klatak atau ko’ing sangat identik dengan bulan puasa.
Karena, roti ini dì produksi banyak. Sehingga, sepanjang Ramadhan, hampir setiap toko jajanan menyiapkan roti klatak dalam bentuk balan kecil.
Dari beberapa sumber, roti koing berasal dari Kota Palembang, Sumsel. Roti klatak, menjadi salah satu kuliner khas Palembang, selain pempek, model, tekwan masih banyak lainnya.