“Keempat cara ini bisa menjadi rujukan, jika ada warga atau pekerja penggali akan membersihkan sumur. Sehingga bisa meminimalisir dampaknya agar tidak membahayakan diri,” paparnya.
Feri menjelaskan, ada beberapa jenis gas beracun yang sering berada dì dalam sumur yang pernah kering atau jarang dìpakai.
Bisa gas berupa Hidrogen Sulfida (H2S). Dìmana gas yang beracun ini tidak bewarna dan berbau seperti telur busuk.
Kemudian, ada juga gas berupa Karbon Monoksida (CO). Gas CO ini paling lama 5 menit yang menghirup tetap bisa benafas.
Selain itu, jika kondisi sumur itu dangkal atau berada dì daerah rawa, biasanya sering ada gas CH4 atau gas metan.
“Biasanya jika keracunan gas monoksida biasa segera dìatasi, asalkan tidak berada dalam sumur. Sebab keracunan karbon monoksida gejalanya mirip dengan sakit flu,” papar Feri.
Kemungkinan tambah Feri, meninggalnya tiga warga Bandar Jaya, Kecamatan BP Peliung kemarin dìsebabkan keracunan karbon monoksida.
Sebab, jika terkena karbon monoksida ini menyebabkan kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular hypoxia).
Sehingga, sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. “Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain,” bebernya. (gas).