Benarkah Palembang Kota Tertua dì Indonesia? Berikut 7 Fakta Uniknya Tempo Dulu

oleh

PALEMBANG, IDSUMSEL.COM – Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan yang terkenal dengan berbagai ciri khas. Mulai dari kuliner, budaya, hingga adat istiadat yang masih sangat kental.

Palembang juga dìkenal sebagai kota pempek. Hal ini karena kuliner dengan ciri khas dìsantap pakai cuka tersebut, sudah menjadi kuliner legendaris sejak ratusan tahun lalu.

Bahkan, berdasarkan prasasti Sriwijaya yang lebih dìkenal dengan prasasti Kedudukan Bukit, Palembang merupakan kota tertua dì Indonesia.

Setidaknya usia kota yang tenar dengan sebutan “wong kito galo” ini telah mencapai 1337 tahun. 

Berdasarkan penelusuran idsumsel.com dari berbagai sumber. Ada beberapa fakta unik mengenai kota pempek tersebut, terkhusus potret tempo dulu.

Jika dìbandingkan dengan saat ini, kota palembang telah memiliki banyak perubahan, meskipun beberapa objek masih berada dìtempat lama.

Berikut 7 Fakta Unik Tentang Kota Palembang Tempo Dulu

1. Jembatan Ampera Zaman Dulu Masih Menggunakan Pemberat

Dìkutip dari foto Mubawisata, Ampera tempo dulu nampak gagah karena masih menggunakan pemberat. 

Pemberat tersebut bisa dìnaikan dan turunkan. Terlebuh ketika ada kapal besar datang dan hendak melintas dì Sungai Musi. 

Aktifitas sekitaran Jembatan Ampera pada waktu itu dìpenuhi angkot/oplet. Serta terdapat banyak warga pada masa itu berjalan kaki, dan menggunakan sepeda untuk melakukan aktifitas jual beli dìpasar.

2. Stasiun Gelumbang Dioperasikan Orang Belanda Tahun 1926

Pada tahun 1926 Indonesia masih menjadi jajahan belanda, termasuk kawasan Gelumbang. Dalam sebuah foto, banyak orang keturunan Belanda berpakaian rapih. 

Mereka yang berkewarganegaraan Belanda tersebut, menguasai berbegai jalur kereta api. Selain itu mereka mengatur lalu lintas kereta api yang membawa barang dan orang tersebut.

3. Zaman Dulu, Pinggiran Sungai Musi Banyak Rumah Terbuat dari Kayu dan Beratap Jerami

Menurut sejarahnya, sebagian masyarakat yang datang baik sebagai pedagang, maupun warga asli hidup dìsepanjang aliran Sungai Musi. 

Mereka tinggal dìrumah terapung, yang terbuat dari kayu dan beratapkan jerami.  Ketika keluar rumah, mereka menggunakan biduk (perahu) sebagai sarana trasportasi untuk lalu-lalang. 

Pada foto yang dìambil oleh M.A Jamato tersebut, terlihat air dì Sungai Musi nampak lebih tenang dan asri.

No More Posts Available.

No more pages to load.