OKU TIMUR, IDSUMSEL.COM – Kelangkaan dan mahalnya harga gas elpiji 3 kilogram (gas melon) kembali menjadi keluhan utama warga Desa Tulang Bawang, Kecamatan Bunga Mayang, OKU Timur.
Gas bersubsidi yang seharusnya meringankan beban masyarakat berpenghasilan rendah, kini justru berubah menjadi sumber tekanan ekonomi.
BACA JUGA: PT MMS Diduga Berangus Serikat, Ogah Hadir Mediasi Meski Sudah Janji
Bahkan, harga eceran dì lapangan jauh dari ketetapan resmi pemerintah. Selain itu, gas juga sulit dìdapat karena langka.
Berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan Nomor 19/KPTS/IV/2025, Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG 3 kg ditetapkan Rp18.500 per tabung.
Namun, warga mengaku terpaksa membeli dengan harga Rp28.000 hingga Rp30.000. Kondisi ini tentu sangat menyulitkan masyarakat.
BACA JUGA: Hasil Seleksi PPPK Tahap II OKU Timur, 77 Formasi Terisi, 108 Masih Kosong
“Sudah hampir dua minggu saya keliling cari gas. Kalau pun ada, harganya mahal sekali. Dulu Rp22 ribu, sekarang Rp30 ribu,” ujar Rina seorang ibu rumah tangga.
Meski demikian kata Rina, ia terpaksa tetap membeli walau dengan harga tinggi. “Karena dapur harus tetap ngebul,” ujar Rina, Minggu (6/7/2025).
Ia pun terpaksa membatasi penggunaan gas hanya untuk memasak nasi dan lauk sekali sehari.
Warga Minta Pemerintah Turun Tangan
Hal senada juga dìsampaikan Andi Saputra, buruh harian, yang menuding ada permainan harga dì tingkat pengecer.
BACA JUGA: Sedekah Balaq, Tradisi Warga OKU Timur Jaga Warisan Budaya
“Saya curiga ada penimbunan atau permainan harga. Harusnya pemerintah turun tangan,” bebernya.