Menggagas Pendidikan Kemuliaan Berbasis Budaya Komering

oleh

Maka ketika identitas Komering d iketengahkan, biasanya hanya menjadi tontonan dan ritualitas belaka, maka jangan heran jika pada masa depan kelestarian lingkungan; kesuburan tanah, air dan udara bersih, tradisi bertani, tentunya akan hilang tergilas roda jaman.

Permasalahan d iatas baru segelintir saja, serta bisa  dijadikan bahan refleksi atas konsep dan implementasi kurikulum d i berbagai jenis dan jenjang sekolah selama ini.

Maka tulisan ini akan membahasa dua hal pokok: (1) Menggagas Muatan lokal sebagai terobosan dalam kurikulum 2013; (2) Pelestarian budaya lokal khusunya budaya Komering dengan segala identitas yang ada d idalamnya  

Rethinking Pemahaman Kurikulum

Masih sering terjadi kesalahpahaman dalam sebagian kalangan pendidik yang memahami kurikulum sekedar dokumen. Bahkan sebagian menganggap kurikulum sekedar sebagai mata pelajaran.

Hal ini berakibat pada proses pembelajaran (instructional) seakan hanya menyampaikan materi pelajaran (transfer of knowledge) saja, kering dari nilai.

Maka ketika tema-tema inti bahasan sudah d isampaikan, proses pembelajaran sudah d ianggap selesai, lalu tinggal membuat soal-soal untuk ujian.

Pembelajaran lalu sekedar menjalan “ritual akademik” yang kering makna karena spirit meaningfull learning  tak ada lagi.

Padahal pemahaman kurikulum adalah sebuah konstruksi gagasan/ide yang kemudian terformulasikan dalam wujud dokumentasi.

Baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang merencanakan kualitas pembelajaran atau, karena itu setiap penyelenggaraan proses pembelajaran tak lepas dari adanya konsep/ide tertentu dalam menggapai tujuan pembelajaran.

Penjelasan di atas mempertegas bahwa kurikulum harus bisa melayani kebutuhan masyarakat pembelajar/peserta didik sesuai dengan konstruk sosial budayanya.

Maka Olivi (1992:39-41) menegaskan curriculum is a product of its time. . curriculum responds to and is changed by social forced, philosophical positions, psychological principles, accumulating knowledge, and educational leadership at its moment in history.

Dengan kata lain suatu proses pembelajaran harus d igali dari akar budaya dan latar sejarah yang melatarbelakanginya dan seimbang antara kebutuhan lokal, nasional dan global.

Keberadaan Kurikulum 2013 yang saat ini d iberlakukan sebenarnya secara potensial bisa d ikembangkan. Dengan semangat penyusunan kurikulum berbasis dari bawah yang d i dalamnya terdapat muatan lokal.

No More Posts Available.

No more pages to load.