Pada era 90 an ke bawahnya, roti klatak sangat banyak peminatnya. Baik untuk campuran es, maupun dì santap bersama air gula atau santan yang dì masak.
Roti Klatak Ada Sejak Era Penjajahan Belanda
Roti ko’ing ternyata sudah lama muncul. Produksi sederhana yang pertama kali keluar dì era kependudukan Belanda.
Pada masa itu, masyarakat membuat roti dengan bahan utama gandum. Namun, karena gula sulit di dapat, alhasil roti tersebut dì buat tanpa rasa.
Namun, rasa tawar pada roti ko’ing jadi Identitasnya. Bahwa apapun roti keras tanpa rasa, kerap di sebut ko’ing.
BACA JUGA: Makin Laris, Luweng Kapok Lombok Dina Wong Tambah Menu Sate Entok, Dijamin Menggoyang Lidah
Berdasarkan sumber yang dì dapat, roti ko’ing sudah ada lebih lama lagi. Bahkan, roti tersebut berasal dari luar Indonesia.
Informasinya, roti ko’ing berasal dari Mesir dan Mesopotamia. Kemudian, roti tersebut merambah benua Eropa 30 ribu tahun lalu. Bahkan, roti ko’ing dì sebut sebagai salah satu makanan tertua dì dunia.
BACA JUGA: Manfaat Infus Water Lemon Bagi Kesehatan, Bisa Turunkan Berat Badan dan Cegah Penuaan
Dì negara Indonesia, roti ko’ing sudah dì konsumsi penjajah Belanda sejak era 1930 an. Sejak masa itu sampai saat ini masih populer.
Tips Menikmati Roti Ko’ing
Tidak sulit menikmati roti keras ini. Namun, jangan coba-coba makan saat kondisinya masih mentah, jika tak mau gigi tanggal.
Roti ko’ing harus dì rendam beberapa menit. Agar roti ko’ing lembut dì luar dan dalam. Cukup enak, jika dì makan sambil minum kopi atau teh manis.
BACA JUGA: Resep Nasi Bakar Enak dan Simpel, Cocok Buat Makan Siang
Pada bulan Ramadhan, pedagang kuliner sangat jarang absen menghadirkan menu takjil tradisional.
Dì Kabupaten OKU dan OKU Timur dari sekian banyak pedagang takjil, biasanya hampir 50 persen, menyiapkan roti ko’ing.
Baik yang mentah maupun yang siap konsumsi. Harga bahan mentahnya sangat ramah dì kantong.
BACA JUGA: Empat Makanan Ampuh Bersihkan Paru-Paru
Namun, jika sudah dì ubah jadi kuliner, biasanya dì jual di kisaran Rp 3009 hingga Rp 5.000. (13/gas).