Untuk itu perlu, perancanaan dan pengembangan kurikulum yang selaras dengan nuansa batin dari kondisi sosial budaya. Dimana satuan pendidikan itu d iselenggarakan.
Dalam perencanaan implementasi ini, tetap perlu memperhatikan filosofi pendidikan pada hakekatnya tak lepas dari dua proses:
1. Proses hominisasi, yaitu memposisikan manusia sebagai makhluk hidup di dalam dunia atau ekologinya.
Karena itu pendidikan d idamping harus mengkondisikan peserta didik sadar akan jatidirinya yang hidup dalam suatu bangsa, dengan suatu ikatan budaya dan filsafat hidup yang menjadi ideologi bersama.
Juga perlu sadar akan realitasnya yang hidup dalam sebuah sub-kultur dengan segala keunikan nilai dan budaya lokal yang d isinggahinya.
2. Proses humanisasi, memposisikan manusia sebagai makhluk yang bermoral (akhlak).
Sebagai makhluk bermoral, manusia tak sekedar hidup, tetapi hidup untuk mewujudkan eksistensi sebagai manusia yang berbudaya berikut kesadaran religiusitas yang d imilikinya (H.A.R. Tilaar, 1985: ).
Selain itu, pendidikan juga memiliki habitus masyarakat pembelajar yang beridentitas dengan segala kekayaan modal sosial, budaya dan modal simbolik yang perlu
Karena itu dalam pengembangan Kurikulum muatan lokal, perlu juga memperhatikan keunikan lokasi dan suasana sosial budaya. Dimana pendidikan dan pembelajaran itu d iselenggarakan.
Hal tersebut menjadi penting, agar pendidikan tetap mempertahankan ideologi bangsa untuk mencapai tujuan nasional, dan juga tidak tercerabut dari tradisi dan potensi lokal yang ada. Maka perlu melandasi semangat pengembangan kurikulum yang berbasis pada kebutuhan lokal.
Dalam prosesnya muatan lokal sebagai sebuah kurikulum yang teraktualisasikan dalam sebuah mata pelajaran. Berusaha mengintegrasikan proses pembelajaran, dengan konteks ingkuangan (sosial, budaya, ekonomi, geografi) peserta didik dari semua usia.
Konsep tersebut selaras dengan Kurikulum 2013 yang mengamanatkan adanya komponen mata pelajaran muatan lokal (mulok). Yang dalam panduan penyusunan KTSP d iartikan sebagai kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi d isesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah.
Termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat d ikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, atau materinya terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.