Menggagas Pendidikan Kemuliaan Berbasis Budaya Komering

oleh

Tradisi tulisan sampai saat ini masih terpelihara kita mengenal khad/Surat Ulu/Ka-Ga-Nga yang saat ini walau terpelihara tetapi pewarisanya d irasa menghawatirkan.  Bisa jadi suatu saat nanti sastra lisan dan tulisan yang ada pada saat ini kan lekang oleh jaman.

Maka perlu adanya interfensi dan treatment, khusus dengan menggas Budaya Komering yang Mulia menjadi sebuah kurikulum muatan lokal. Yang nantinya bisa menjadi mata pelajaran tersendiri d i lingkungan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Tak kalah hebat adalah tradisi sastar lisan komering dengan “hiring hiring”, yang menjadi kehasan budaya lokal komering yang tidak akan d ijumpai pada daerah lain.

Kemudian tokoh karater “Si Haruk” yang bisa d ijadikan sebagai seorang komering yang ideal dengan segala teladan yang bisa dipelajari bersama.

Kemudian tradisi “Kulintang,Gamolan” serta tarian “Sadai Sabai” yang merupakan tradisi seni gerak yang penuh makna. Simbol kemuliaan budaya suku Komering tidak lupa tertinggal adalah tradisi pakian tradisional suku komering.

Dengan Kapudang sebagai simbol berpakian yang ada d imahkota (Kepala), serta tradisi pernikahan dengan makna simbol yang kental dengan budaya agama khususnya Islam.

Komunitas budaya komering tidak hanya memiliki khasan norma dan budaya saja, tetapi juga ritus budaya yang sampai saat ini masih d ipakai.

Bali Balian sebagai contoh kearifan berikutnya, d imana suku Komering amat menghargai pelestarian alam dengan mengadakan ritual Bali Balian.

Memohon dan meminta, serta berdoa kepada alam agar alam terjaga lestari dan memberikan karunianya. Dalam bentuk kekayaan alam untuk hidup dan berkembangnya suku Komering.

Maka sudah saatnya mengembangkan muatan lokal dengan benar-benar berbasis pada kearifan lokal, khususnya suku Komering. Sebagai tuan rumah dan pemilik tanah sebiduk sehaluan

Pendidikan Muatan Lokal yang digagas tak lain untuk mempertahankan eksisitensi kemanusiaan secara utuh menembus d imensi fisik maupun psikis.

Karena itu pendidikan tidak bisa d ireduksi hanya sekedar mengantarkan peserta didik untuk memperoleh kepuasan material belaka. Sementara yang immateriaal seperti nilai sosial, spiritual dan transendental.

Karena itu kurikulum harus d ikembangkan berdasarkan kondisi sosial, budaya dan sejarah. Sebab, satuan pendidikan itu d iselenggarakan sehingga terbangun proses pendidikan dan pembelajaran berbasis pada lokasi (place-based education).

No More Posts Available.

No more pages to load.